Om Swastyastu

Swasti Prapta ring blog titiange, dumogi wenten kawigunannyane. Suksma. "Om Shantih, Shantih, Shantih, Om


Senin, 09 Mei 2011

Analisis Satua Bali

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam masyarakat Bali banyak tersebar cerita-cerita rakyat. Cerita rakyat di Bali sering disebut dengan Satua Bali. Secara sempit yang disebut Satua Bali adalah satua-satua yang penyebarannya dari mulut ke mulut dan tidak diketahui siapa penciptanya. Tetapi dalam pandangan luas, satua Bali berasal dari karya-karya pengarang, baik yang berbahasa Bali maupun berbahasa Jawa Kuna. Satua-satua Bali baik yang masih berbentuk lisan maupun yang sudah dicetak, banyak ditemukan di masyarakat.
Dalam era modern, satua-satua masih berfungsi dan dipercaya dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan cerita rakyat, misalnya : pada malam hari tidak boleh bersiul, tidak boleh keluar rumah pada sore hari (sandi kala), tidak boleh menduduki bantal, tidak boleh tidur menghadap selatan atau barat, dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Dari berbagai macam satua di Bali, yang menarik untuk diteliti adalah satua yang berjudul “Satua I Kelesih”. Satua tersebut dipilih karena isinya menarik karena menceritakan kehebatan dan kesaktian seekor anjing yang bernama I Blanguyang yang sangat ditakuti oleh binatang-binatang lainnya, namun dengan kecerdikannya I Klesih dapat membunuh I Blanguyang. Dari segi fungsi, satua ini sangat bermanfaat karena berfungsi sebagai cerita yang menghibur, merupakan alat pendidikan karena mengandung pesan yang sangat mendidik yaitu kecerdikan dan kepintaran dapat mengalahkan kejahatan, selain itu juga berfungsi sebagai pelipur lara.
Berdasarkan hal tersebut, pada saat ini akan dianalisis satua yang berjudul “Satua I Kelesih”, dan hal yang akan dibicarakan mengenai inventarisasi, klasifikasi, analisis fungsi, dan analisis nilai.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian Latar Belakang tersebut, maka permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Apa guna inventarisasi ?
2. Termasuk klasifikasi apakah Satua I Kelesih dalam cerita rakyat ?
3. Apakah fungsi Satua I Kelesih ?
4. Nilai-nilai apakah yang terkandung dalam Satua I Kelesih ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas dapat dijelaskan tujuan dari penelitian terhadap satua ini yaitu :
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi, fungsi, dan nilai Satua I Kelesih.
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Agar lebih mendalam mengetahui fungsi-fungsi dan nilai satua tersebut.
2. Penelitian ini dilakukan dalam rangka melestarikan dan menyebarluaskan tentang nilai-nilai yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
3. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap satua-satua Bali.

1.4 Metode dan Teknik Penulisan
Dalam menganalisis satua ini, digunakan dua metode yaitu pertama adalah metode pustaka dengan mencari sumber-sumber pustaka. Sumber pustaka yang saya gunakan adalah “Satua-Satua Bali (XV)” karangan I Nengah Tingen. Yang kedua adalah metode wawancara yaitu dengan mencari informasi di masyarakat tentang Satua I Kelesih.
Teknik yang digunakan dalam membuat analisis ini adalah observasi langsung dan membaca pustaka-pustaka terkait Satua I Kelesih tersebut. Teknik observasi langsung dilakukan dengan mendengarkan dan mencatat Satua I Kelesih dari masyarakat secara langsung serta mencatat hal-hal penting terkait satua tersebut. Teknik yang kedua adalah membaca satua tersebut pada buku kumpulan satua serta memahami isi yang terkandung di dalamnya.

1.5 Landasan Teori
Dalam menganalisis satua I Kelesih ini berlandaskan teori ciri-ciri cerita rakyat yang meliputi ciri-ciri mite, legenda, dan dongeng, serta menuliskan fungsi cerita rakyat.
Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Adapun ciri-ciri mite yaitu sebagai berikut :
1) Dianggap cerita yang benar-benar terjadi
2) Dianggap suci
3) Ditokohi oleh para dewa dan makhluk setengah dewa
4) Peristiwa terjadi di dunia lain atau dunia yang bukan seperi yang kita kenal sekarang.
5) Terjadi pada masa lampau.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite,yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Ciri-ciri legenda yaitu :
1) Dianggap pernah benar-benar terjadi
2) Tidak dianggap suci
3) Ditokohi oleh manusia
4) Adakalanya manusia bersifat sakti dan luar biasa
5) Sering kali dibantu oleh makhluk-makhluk ajaib
6) Tempatnya terjadi di dunia seperi yang kita kenal sekarang
7) Waktunya tidak terlalu lampau.
8) Bersifat migratoris, yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda.
9) Merupakan sejarah kolektif (folk history)
Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Adapun ciri-ciri dongeng adalah sebagai berikut :
1) Dianggap tidak benar-benar terjadi
2) Tidak terikat oleh waktu dan tempat
3) Merupakan cerita pendek kesusastraan lisan
4) Tidak diketahui siapa pengarangnya
5) Biasanya mempunyai kalimat pembukaan dan penutup yang bersifat klise.
6) Diceritakan dari mulut ke mulut
Cerita prosa rakyat memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Sebagai Hiburan
2) Sebagai alat pendidikan
3) Sebagai protes Sosial
4) Proyeksi keinginan masyarakat
5) Sebagai pelipur lara

1.6 Sumber Data
Dalam menganalisis satua I Kelesih ini saya menggunakan dua sumber data yaitu lisan dan tertulis. Sumber data lisan saya peroleh dengan mendengarkan satua ini langsung dari nenek saya yang identitasnya sebagai berikut :
Nama : Ni Ketut Sribek
Nama panggilan : Dadong Tangsi
Tempat/thn. lahir : Perancak, 1934
Alamat : Br. Pasar, Ds. Yeh Embang, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana
Sumber data tertulis saya dapatkan dari sebuah buku karangan I Nengah Tingen. Hal-hal mengenai buku tersebut yaitu :
Judul : Satua-Satua Bali (XV)
Jumlah halaman : 31 halaman
Bhs. yg digunakan : bahasa Bali
Penerbit : Toko Buku Indra Jaya
Tempat terbit : Singaraja
Tahun terbit : 2003

1.7 Jangkauan atau Ruang Lingkup
Penelitian ini mempunyai ruang lingkup tentang inventarisasi satua, klasifikasi satua dalam cerita prosa rakyat apakah termasuk mite, legenda, ataukah dongeng, analisis fungsi dan nilai yang terkandung di dalam satua.







BAB II
ANALISIS

2.1 Sinopsis
Ada kone tuturan satua di panegara Sunantara ada kone sang prabu madue asu asiki kawastanin I Blanguyang. Asune madue kotaman sida ngae burone grubug. Ento makrana burone sangkep lakar ngematiang I Blanguyang. Sawireh nenten wenten sane nyanggupin, lantas I Kelesih misadia lakar ngematiang I Blanguyang.
Gelisang satua teked I Kelesih sig purin Ida Sang Prabu sane nruweyang asu Blanguyang ento tur ngojog ka pawaregan. Buin kejepne I Kelesih dengak-dengok ane ngeranayang nyangetang gedegne I Blanguyang, nglaut ia makecog tegeh bakat tregaha rayunan Ida Sang Prabu kanti piring muah rayunane makacakan. Duka Ida Sang Prabu raris ngambil klewang lan sepega ia I Blanguyang pegat baongne lantas mati.
Sapatinggal ia I Kelesih kacritanan jani kasungsutan kayun Ida Sang Prabu, sawireh asune padem.
Gelisan satua, nangkil ia I Kelesih teken I Samong, sawireh I Kelesih suba nyidaang ngematiang I Blanguyang jani pantes adegang ratu dini.
Ento makrana kayang jani yen ada anak gutgut lelipi wiadin gencer tledu wiadin burone ane maupas raris kukun kelesih punika kanggen pangarad munahang upase ane masuk ka dewek manusane.

2.2 Inventarisasi
Satua I Kelesih ini diperoleh dari dua sumber yaitu sumber lisan dan tertulis. Sumber lisan diproleh dengan mendengarkan satua ini langsung dari sumber di masyarakat. Sedangkan sumber tertulis diperoleh dari buku Satua-Satua Bali karangan I Nengah Tingen.
Pada mulanya, Satua I Kelesih ini merupakan satua lisan yang penyebarannya dari mulut ke mulut, sehingga disetiap daerah terdapat hal-hal berbeda pada unsur-unsur satua. Inventarisasi satua yang bersifat lisan ini lama kelamaan kurang diminati oleh masyarakat karena tertekan oleh perkembangan teknologi dan cerita-cerita modern yang mulai marak dalam media-media elektronik dan cetak. Lama-kelamaan, pengetahuan orang tentang satua semakin berkurang terutama di kalangan remaja dan anak-anak yang merupakan generasi penerus dari keberadaan satua-satua di Bali. Untuk itu, kemudian muncul ide dari seorang sastrawan Bali untuk membuat inventarisasi tertulis terhadap satua-satua di Bali termasuk pula Satua I Kelesih ini dengan menuangkannya ke dalam sebuah buku.
Inventarisasi tertulis bertujuan untuk melestarikan satua dalam bentuk tulisan agar bias dibaca dan dipelajari oleh masyarakat umum. Hal ini dilakukan untuk melestarikan satua dalam bentuk kongkrit atau nyata berupa buku sehingga ada suatu bukti bahwa satua tersebut benar-benar ada. Satua dalam bentuk buku juga diberikan kepada siswa SD, SMP, dan SMA, serta di bangku kuliah pun banyak dipelajari oleh mahasiswa sebagai obyek penelitian.


2.3 Klasifikasi Satua
Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam Satua I Kelesih, maka satua ini dapat digolongkan kedalam dongeng karena memenuhi ciri-ciri dongeng. Ciri-ciri dongeng seperti yang telah disebutkan di atas pada Bab I, 1.5 Landasan Teori yaitu :
1) Dianggap tidak benar-benar terjadi
2) Tidak terikat oleh waktu dan tempat
3) Merupakan cerita pendek kesusastraan lisan
4) Tidak diketahui siapa pengarangnya
5) Biasanya mempunyai kalimat pembukaan dan penutup yang bersifat klise.
6) Diceritakan dari mulut ke mulut
Satua I Kelesih tidak dianggap benar-benar terjadi melainkan hanya suatu cerita yang dibuat oleh pengarang.
Satua ini tidak terikat oleh waktu dan tempat karena dalam satua tidak diceritakan tempat dan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan.
Satua I Kelesih ini merupakan cerita pendek yang menceritakan suatu peristiwa secara singkat. Pada mulanya satua ini diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut, namun seiring dengan berputarnya waktu maka kini telah dituangkan ke dalam bentuk buku.
Satua ini tidak diketahui siapa pengarangnya bersifat turun temurun diceritakan dari mulut ke mulut tanpa diketahui siapa dan dari mana satua tersebut berasal.
Pada umumnya, satua mempunyai kalimat pembuka dan penutup yang bersifat klise. Termasuk pula Satua I Kelesih ini memiliki kalimat pembuka dan penutup yang sama dengan kebanyakan satua-satua di Bali. Kalimat pembukanya yaitu “Ada kone tuturan satua” dan kalimat penutupnya yaitu “Teka goak nyokcok kuud, satua bawak suba suud”.
Pada awalnya satua I Kelesih ini disebarkan secara mulut ke mulut. Biasanya diceritakan oleh seorang nenek kepadanya cucunya, untuk menidurkan cucunya atau menghibur pada saat cucunya menangis. Karena penyebarannya dari mulut ke mulut, maka pada setiap daerah memiliki versi satua yang berbeda.

2.4 Analisis Fungsi
Adapun analisi fungsi dari satua I Kelesih yaitu sebagai berikut :
“tusing ja ada len sawireh asune ento ngelah kotaman yening ia ngongkong kipek kaja grubug sekancan burone kaja, yening ia ngongkong kipek kauh grubug sekancan burone kauh, keto masi kipek ane lenan.” Artinya, tidak ada lain karena anjing itu mempunyai kesaktian, apabila dia menggonggong menghadap ke utara matilah semua binatang di utara, apabila dia menggonggong ke arah barat matilah semua binatang di barat, begitu juga menggonggong ke arah lainnya. Kutipan satua di atas berfungsi sebagai proyeksi keinginan masyarakat. Kutipan tersebut mengandung makna bahwa seekor binatang dapat dengan mudahnya membunuh binatang lain hanya dengan menggonggong ke arah binatang lain yang ingin dibunuh. Hal tersebut merupakan proyeksi keinginan masyarakat yaitu mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa melakukan usaha yang keras. Itulah keinginan yang diharapkan masyarakat.
“Sawireh sesai buka aketo dadi sangkep lantas burone makejang, pinaka pamucuk pasangkepane ento tusingja ada len mula ia I Samong rajan burone.” Artinya, karena sering seperti itu, maka rapatlah kemudian semua binatang, sebagai pemimpin rapat itu tidaklah ada lain memang dia I Samong rajanya binatang. Kutipan satua diatas berfungsi sebagai alat pendidikan yaitu mendidik setiap orang agar menyelesaikan suatu masalah dengan mengadakan musyawarah. Dengan musyawarah, maka permasalahan akan menjadi lebih ringan karena dipikirkan bersama.
“Nyen ja nyidaang ngematiang ia I Blanguyang bakal adegang wake ratu dini di alas,.” Artinya, siapa yang bias membunuh ia I Blanguyang akan jadikan saya ratu disini di hutan. Berdasarkan kutipan di atas, menjelaskan bahwa para binatang sangat tersiksa dengan keberadaan I Blanguyang, maka dari itu mereka melakukan perjanjian apabila ada yang bias membunuh I Blanguyang akan di jadikan raja hutan. Jelas bahwa kutipan satua di atas berfungsi sebagai protes sosial, karena mengandung makna suatu ketidaksenangan masyarakat kepada seorang pemimpin, sehingga melakukan suatu pemberontakan sebagai tanda protes.
“Buin kejepne buin I Kelesih dengak-dengok ane ngeranayang nyangetang gedegne I Blanguyang, nglaut ia makecog tegeh bakat tregaha rayunan Ida Sang Prabu kanti piring muah rayunane makacakan. Duka Ida Sang Prabu raris ngambil klewang lan sepega ia I Blanguyang pegat baongne lantas mati.” Artinya, sesaat kemudian lagi I Kelesih tolah-toleh yang menyebabkan menambah kemarahan I Blanguyang, lalu ia melompat tinggi mengenai makanan Ida Sang Prabu sampai piring dan makanannya berantakan. Marah Ida Sang Prabu lalu mengambil klewang dan ditebas dia I Blanguyang putus lehernya lalu mati. Kutipan satua di atas berfungsi sebagai pendidikan karena menceritakan suatu kecerdikan mengalahkan kekuatan dan keangkuhan. Kutipan tersebut berfungsi sebagai alat pendidikan yaitu memberikan pengajaran bahwa kekerasan jangan dilawan dengan kekerasan, melainkan dengan kelembutan dan kecerdasan.
“Disubane I Blanguyang mati wau Ida Sang Prabu eling ring raga kangen tekening I Blanguyang mati. Raris Ida makayun-kayun tur macingakan majeng menek…………………………………………Sapatinggal ia I Kelesih kacritanan jani kasungsutan kayun Ida Sang Prabu, sawireh asune padem.” Artinya, setelah I Blanguyang mati barulah Ida Sang Prabu sadar diri ingat kepada I Blanguyang mati. Lalu Ida ingin melihat ke atas…………………………………………Seperginya dia I Kelesih diceritakan sekarang sedih hati Ida Sang Prabu karena anjingnya mati. Kutipan di atas berfungsi sebagai alat pendidikan karena menceritakan suatu penyesalan akan datang setelah kejadian buruk menimpa seseorang. Oleh karena itu, maka berpikirlah dengan matang sebelum melakukan sesuatu.
“Gelisan satua, nangkil ia I Kelesih teken I Samong, sawireh I Kelesih suba nyidaang ngematiang I Blanguyang jani pantes adegang ratu dini.” Artinya, singkat cerita, menghadap dia I Kelesih kepada I Samong, karena I Kelesih sudah bias membunuh I Blanguyang sekarang pantas dijadikan ratu disini. Kutipan tersebut menceritakan suatu keberhasilan seseorang mencapai kesuksesan dengan kepintaran dan kecerdikan. Hal tersebut sangat menghibur para pembaca dan pendengar satua ini serta sebagai pelipur lara.

2.5 Analisis Nilai
Analisis nilai dari satua I Kelesih yaitu sebagai berikut
“Sawireh sesai buka aketo dadi sangkep lantas burone makejang, pinaka pamucuk pasangkepane ento tusingja ada len mula ia I Samong rajan burone.” Artinya, karena sering seperti itu, maka rapatlah kemudian semua binatang, sebagai pemimpin rapat itu tidaklah ada lain memang dia I Samong rajanya binatang. Nilai yang terkandung dalam kutipan satua di atas adalah nilai sosial yaitu menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan kebersamaan.
“Kacrita ada kone Kelesih intil-intil tur matur teken I Samong, “ Ratu Sang Prabu tititang misadia ngamiletin sewamarane punika, sakewanten sida tan sida antuk titiang taler druweyang.” Artinya, diceritakan ada teringgiling melangkah dan berkata kepada I Samong, “ Ratu Sang Prabu, saya bersedia mengikuti sayembara itu, akan tetapi apabila saya tidak bisa maafkan juga”. Kutipan satua di atas mengandung nilai kepahlawanan karena walaupun kekuatannya kalah, namun ia tetap berani melawan musuh dengan kecerdikannya.
“Disubane I Blanguyang mati wau Ida Sang Prabu eling ring raga kangen tekening I Blanguyang mati. Raris Ida makayun-kayun tur macingakan majeng menek……………………………Sapatinggal ia I Kelesih kacritanan jani kasungsutan kayun Ida Sang Prabu, sawireh asune padem.” Artinya, setelah I Blanguyang mati barulah Ida Sang Prabu sadar diri ingat kepada I Blanguyang mati. Lalu Ida ingin melihat ke atas…………………………Seperginya dia I Kelesih diceritakan sekarang sedih hati Ida Sang Prabu karena anjingnya mati. Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan karena menceritakan suatu penyesalan akan datang setelah kejadian buruk menimpa seseorang. Oleh karena itu, maka berpikirlah dengan matang sebelum melakukan sesuatu.
“Gelisan satua, nangkil ia I Kelesih teken I Samong, sawireh I Kelesih suba nyidaang ngematiang I Blanguyang jani pantes adegang ratu dini.” Artinya, singkat cerita, menghadap dia I Kelesih kepada I Samong, karena I Kelesih sudah bias membunuh I Blanguyang sekarang pantas dijadikan ratu disini. Kutipan satua di atas mengandung nilai moral, karena sebagai seorang raja hutan I Samong rela melepaskan jabatannya sebagai raja karena sudah berjanji kepada I Kelesih apabila ia bisa membunuh I Blanguyang. I Samong setia pada janjinay.
“Ento makrana kayang jani yen ada anak gutgut lelipi wiadin gencer tledu wiadin burone ane maupas raris kukun kelesih punika kanggen pangarad munahang upase ane masuk ka dewek manusane.” Itulah sebabnya sampai sekarang kalau ada orang digigit ular atau kalajengking ataupun binatang yang berbisa maka kuku trenggiling digunakan penawar menghilangkan bisa yang masuk ke dalam tubuh manusia. Kutipan satua di atas mengandung nilai pendidikan, karena menjelaskan mengenai cara mengobati orang yang tergigit binatang berbisa.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Satua I Kelesih ini diperoleh dari dua sumber yaitu sumber lisan dan tertulis. Sumber lisan diproleh dengan mendengarkan satua ini langsung dari sumber di masyarakat. Sedangkan sumber tertulis diperoleh dari buku Satua-Satua Bali karangan I Nengah Tingen.
Satua I Kelesih termasuk dongeng karena memenuhi ciri-ciri dongeng yaitu dianggap tidak benar-benar terjadi, tidak terikat oleh waktu dan tempat, merupakan cerita pendek kesusastraan lisan, tidak diketahui siapa pengarangnya, biasanya mempunyai kalimat pembukaan dan penutup yang bersifat klise dan diceritakan dari mulut ke mulut
Berdasarkan analisis fungsi dari Satua I Kelesih, maka satua tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu : sebagai hiburan, alat pendidikan, protes sosial, proyeksi keinginan masyarakat, dan pelipur lara.
Berdasarkan analisis nilai yang dilakukan maka dapat dijelaskan bahwa satua I Kelesih mengandung nilai moral, pendidikan, kepahlawanan dan sosial.

3.2 Saran
Sebagai orang Bali yang peduli terhadap keberadaan kebudayaan Bali, sudah sepantasnya kita terketuk hati untuk melakukan sesuatu yang dapat menjaga kelestarian kebudayaan Bali tersebut. Salah satu unsur kebudayaan Bali yang hampr hilang akibat perkembangan jaman dan modernisasi adalah satua. Sebagai pemuda Bali yang merupakan generasi penerus, kita harus melakukan sesuatu agar satua dapat bertahan dan menjadikan satuab tersebut menjadi hal yang diminati. Yaitu dengan melakukan penelitian-penelitian, menuangkan satua dalam bentuk buku ataupun menyajikannya dalam bentuk hal yang menarik, misalnya difilmkan.


















DAFTAR PUSTAKA

Tingen, I Nengah, 2003, Satua-Satua Bali (XV), Toko Buku Indra Jaya, Singaraja
Danandjaja, James, 1984, Folklore Indonesia ilmu gossip dan lain-lain, PT Grapiti Pers, Jakarta

















LAMPIRAN
SATUA I KELESIH
Ada kone tuturan satua di panegara Sunantara ada kone sang prabu kalintang kasub wibuhing bala jagate. Ida madue asu asiki kawastanin I Blanguyang. Asune ento melah pesan gobene tur andel kaanggen nyarengin ritatkala maboros. Apa kranane Ida sang prabu andel ring asune ento, tusing ja ada len sawireh asune ento ngelah kotaman yening ia ngongkong kipek kaja grubug sekancan burone kaja, yening ia ngongkong kipek kauh grubug sekancan burone kauh, keto masi kipek ane lenan.
Ento makrana aluh antuk Ida ngejuk buron ane suba kasakitin (grubug). Sawireh sesai buka aketo dadi sangkep lantas burone makejang, pinaka pamucuk pasangkepane ento tusingja ada len mula ia I Samong rajan burone. Jani kacritan suba makelo burone sangkep masi tusing nyidang pragat, sawireh tusing ada bani bakal ngematiang I Blanguyang. Ento makrana rajan burone I Samong mesuang sewamara. Kene pasewamarane ento, “Nyen ja nyidaang ngematiang ia I Blanguyang bakal adegang wake ratu dini di alase, kasungkemin ajak makejang.”
Sawatek burone makejang tusing ada bani ngisinin buka pamunyin sewarane ento. Kacrita ada kone Kelesih intil-intil tur matur teken I Samong, “ Ratu Sang Prabu tititang misadia ngamiletin sewamarane punika, sakewanten sida tan sida antuk titiang taler druweyang.
Masaut I Samong, “Nah yen keto ja raos ibane Kelesih yen tuara sida baan iba kai tusing bakal ngenkenan iba. Nah kema jani iba majalan.”
Gelisang satua teked I Kelesih sig purin Ida Sang Prabu sane nruweyang asu Blanguyang ento tur ngojog ka pawaregan. Ditu ia I Kelesih di nebe nyangkrut. Kacrita suba liwat sandikala Ida Sang Prabu jagi ngerayunang kairing antuk asune I Blanguyang. Ri sedek Ida ngrayunang, tumuli I Kelesih dengak-dengok uli di selagan raab nebe, ento makrana I Blangyang kecas-kecos. Tuara Ida nyingakin napi-napi, suba jani keto malih Ida ngrayunang. Buin kejepne buin I Kelesih dengak-dengok ane ngeranayang nyangetang gedegne I Blanguyang, nglaut ia makecog tegeh bakat tregaha rayunan Ida Sang Prabu kanti piring muah rayunane makacakan. Duka Ida Sang Prabu raris ngambil klewang lan sepega ia I Blanguyang pegat baongne lantas mati.
Disubane I Blanguyang mati wau Ida Sang Prabu eling ring raga kangen tekening I Blanguyang mati. Raris Ida makayun-kayun tur macingakan majeng menek. Wenten kaasi I Kelesih di selagan nebe. Ngenggalang lantas I Kelesih malaib nuju sig I Samonge. Sapatinggal ia I Kelesih kacritanan jani kasungsutan kayun Ida Sang Prabu, sawireh asune padem.
Gelisan satua, nangkil ia I Kelesih teken I Samong, sawireh I Kelesih suba nyidaang ngematiang I Blanguyang jani pantes adegang ratu dini.
Ento makrana kayang jani yen ada anak gutgut lelipi wiadin gencer tledu wiadin burone ane maupas raris kukun kelesih punika kanggen pangarad munahang upase ane masuk ka dewek manusane.
Teka goak nyokcok kuud, satua bawak suba suud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar